Sabtu, 04 Februari 2012

"Street Begins, Ending an Office-part 1"

''Permisi pak. Numpang ngamen".
Begitulah keseharian Indra sebagai pengamen. Sekolahnya terbengkalai karena ia harus mencari uang. Ia anak tunggal. Ayahnya kuli bangunan, dan Ibunya tukan cuci setrika. Seharusnya kini Indra sudah menduduki kelas 3 SD. Namun, materi yang tak mendukungnya.
Kesehariannya mengamen di Ibu Kota. Jika ia haus dan lapar, ia harus menahannya dan terus mengamen sampai indra mendapatkan uang untuk makan dan minum. Temannya banyak. Sosialisasinya juga tinggi.
Sore hari, ia pulang dengan membawa uang 2000, kini menjadi 4000. Dengan senang, Ibunda berkata "Alhamdulillah nak, kita bisa makan".
"Iya, bu. Tapi memang ada minyak tanahnya untuk di kompor?"
"Insya Allah ada nak. Tadi ibu minta minyak tanah ke bu Hamidah, majikan ibu. Karena uangnya udah ditukar minyak tanah, jadi ibu gak dapat uang upah nyuci nyetrika"
"Terus, nanti malam kita makan apa bu?"
"Ibu tidak tahu nak. Ibu juga bingung. Hutang kita juga sudah banyak. Tapi belum kita bayar".
"Do'akan ya bu, Indra bisa sukses, biar bisa bayar hutang-hutang kita. Ya sudah bu, Indra mau nyoba pinjam uang ke pak Haji sobran dulu ya. Assalamu'alaikum".
"Wa'alaikumsalam".
Syukurlah, masih ada pemuka agama di kampungnya Indra yang mau meminjamkan uang padanya. Ia ke Mushalla sekalian shalat maghrib berjamaah di sana. Setelah itu barulah ia ke rumah Pak Haji Sobran.

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar